Raya Haba- Kelompok ISIS akan menutup seluruh klinik kesehatan wanita yang ditangani oleh dokter kandungan pria di Suriah. Aksi ISIS ini kembali menambah daftar panjang perlakuan tidak manusiawi kelompok militan tersebut terhadap kaum perempuan.
Pemerkosaan, pernikahan dini dan penutupan klinik kesehatan semakin membuat kondisi kaum wanita di Suriah menderita.
Menurut para aktivis kemanusiaan, ISIS menutup klinik kesehatan wanita karena tidak ingin melihat dokter pria menangani pasien wanita. Selama ini diketahui ISIS memang tegas dalam hal pemisahan pria dan wanita.
Sumber yang dikutip kelompok kemanusiaan Syrian Observatory for Human Rights melaporkan kalau satu klinik kesehatan wanita di Raqqa sudah ditutup, karena ditangani oleh dokter pria.
Selanjutnya, di rumah sakit besar seluruh dokter pria diberi batasan dalam menangani pasien wanita.
"Hal ini tentu saja banyak penduduk marah atas aturan baru ISIS yang merenggut kebebasan mereka memperoleh fasilitas kesehatan," kata kelompok Syrian Observatory for Human Rights, seperti yang dikutip dari The Independent pada Kamis (29/10).
Kelompok kemanusiaan lainnya, Raqqa Is Being Slaughtered Silently, juga melaporkan kalau banyak dokter pria di klinik kesehatan wanita yang mendapat ancaman mati dari ISIS.
"Sudah banyak dokter yang pergi dari sini. Mereka ketakutan karena mendapat ancaman mati dari ISIS," kata perwakilan Raqqa Is Being Slaughtered Silently.
Awal tahun ini, seorang dokter kandungan mengatakan kalau banyak wanita yang mengalami keguguran dan anak perempuan yang menderita penyakit kelamin di kawasan kekuasaan ISIS.
Dilansir dari The Times pada Mei lalu, banyak anak perempuan yang tidak tahu penyakit kelamin yang dideritanya karena masih terlalu muda.
Ditambah para wanita di sana seakan dipaksa untuk melahirkan anak demi regenerasi prajurit ISIS.
"Para anak perempuan yang datang ke klinik tidak tahu mengapa mereka bisa menderita penyakit kelamin. Mereka tidak tahu menahu mengenai seks. Mereka bahkan datang ke klinik dengan masih membawa boneka kesayangannya," kata dokter tersebut.
"Di sini anak gadis boleh menikah jika sudah menginjak umur sembilan tahun," lanjut sang dokter.
Pemerkosaan, pernikahan dini dan penutupan klinik kesehatan semakin membuat kondisi kaum wanita di Suriah menderita.
Menurut para aktivis kemanusiaan, ISIS menutup klinik kesehatan wanita karena tidak ingin melihat dokter pria menangani pasien wanita. Selama ini diketahui ISIS memang tegas dalam hal pemisahan pria dan wanita.
Sumber yang dikutip kelompok kemanusiaan Syrian Observatory for Human Rights melaporkan kalau satu klinik kesehatan wanita di Raqqa sudah ditutup, karena ditangani oleh dokter pria.
Selanjutnya, di rumah sakit besar seluruh dokter pria diberi batasan dalam menangani pasien wanita.
"Hal ini tentu saja banyak penduduk marah atas aturan baru ISIS yang merenggut kebebasan mereka memperoleh fasilitas kesehatan," kata kelompok Syrian Observatory for Human Rights, seperti yang dikutip dari The Independent pada Kamis (29/10).
Kelompok kemanusiaan lainnya, Raqqa Is Being Slaughtered Silently, juga melaporkan kalau banyak dokter pria di klinik kesehatan wanita yang mendapat ancaman mati dari ISIS.
"Sudah banyak dokter yang pergi dari sini. Mereka ketakutan karena mendapat ancaman mati dari ISIS," kata perwakilan Raqqa Is Being Slaughtered Silently.
Awal tahun ini, seorang dokter kandungan mengatakan kalau banyak wanita yang mengalami keguguran dan anak perempuan yang menderita penyakit kelamin di kawasan kekuasaan ISIS.
Dilansir dari The Times pada Mei lalu, banyak anak perempuan yang tidak tahu penyakit kelamin yang dideritanya karena masih terlalu muda.
Ditambah para wanita di sana seakan dipaksa untuk melahirkan anak demi regenerasi prajurit ISIS.
"Para anak perempuan yang datang ke klinik tidak tahu mengapa mereka bisa menderita penyakit kelamin. Mereka tidak tahu menahu mengenai seks. Mereka bahkan datang ke klinik dengan masih membawa boneka kesayangannya," kata dokter tersebut.
"Di sini anak gadis boleh menikah jika sudah menginjak umur sembilan tahun," lanjut sang dokter.
Post a Comment