![]() |
Pasukan Khusus Mali, Perancis dan Amerika Menyerbu Hotel dan Membebaskan Sandera |
Raya Haba- Sesaat setelah drama penyanderaan di sebuah hotel di Ibu Kota Bamako berakhir, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mengumumkan pemberlakuan status darurat mulai Jumat (20/11) tengah malam waktu setempat hingga 10 hari mendatang. Keita juga mengumumkan tiga hari berkabung.
Dalam keterangan kepada wartawan usai menggelar rapat darurat dengan jajaran menterinya, Keita mengatakan sebanyak 21 orang tewas dalam serangan itu, termasuk dua pria pelaku penyanderaan. Laporan sebelumnya menyebutkan sedikitnya 27 orang meninggal dunia. Sebab, seorang pejabat PBB yang berbicara tanpa bisa dikemukakan identitasnya, mengatakan 12 jenazah ditemukan di basement hotel dan 15 jasad lainnya ada di lantai dua.
Salah seorang sandera yang meninggal ialah Geoffrey Dieudonne, anggoya parlemen Belgia dari wilayah Wallonia. Kemudian, kantor berita Cina, Xinhua, melaporkan terdapat tiga warga Cina yang meninggal. Adapun Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengaku ada satu warga AS yang menjadi korban tewas.
Melepaskan tembakanSejumlah saksi mata mengatakan drama penyanderaan bermula ketika sekitar 13 pria bersenjata masuk ke Hotel Radisson Blue sembari melepaskan tembakan dan memekik ‘Allahu Akbar!’. Para pria bersenjata itu kemudian menyandera 140 orang tamu hotel dan 30 pegawai. Kantor berita Reuters yang mengutip keterangan sumber keamanan di Mali melaporkan bahwa sejumlah sandera, yang bisa mengucapkan ayat-ayat Quran, dilepaskan.
Drama penyanderaan berakhir setelah pasukan khusus Mali menyerbu hotel. Pasukan khusus AS dan Prancis juga turut membantu upaya penyerbuan. Sejauh ini, kelompok Al-Qaeda di Maghribi Islam dan afiliasinya, Al-Murabitoun, mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Serangan dan drama penyanderaan di Mali bukan kali pertama terjadi sepanjang tahun ini. Pada 2015, kelompok milisi membunuh 13 orang, termasuk lima pekerja PBB, dalam penyekapan di sebuah hotel di Kota Sevare.
Tanggung jawab keamanan di Mali dipikul oleh pasukan PBB sejak Juli 2013, setelah beberapa kota utama di bagian utara negara itu diambil alih oleh kelompok milisi.
Post a Comment