Raya Haba-Sirkuit Sentul berbenah. Setelah lebih dari 18 tahun tidak menjadi tuan rumah ajang MotoGP, sirkuit yang terletak di Kabupaten Bogor itu berupaya untuk masuk ke dalam kalender balap pada 2017 nanti.
Gayung bersambut, Dorna Sports selaku pemilik hak komersil balapan motor kelas premiere ini juga mendorong Indonesia untuk menjadi tuan rumah MotoGP kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Sepang, Malaysia. Bahkan, CEO Dorna Carmelo Espeleta, sempat datang untuk meyakinkan para petinggi pemerintahan tentang hal ini –- pertama dengan Kementerian Pariwisata dan kemudian Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Sebagai salah satu negara dengan pasar pengguna motor terbesar di Asia, menjadi tuan rumah dinilai sebagai suatu kewajaran.
Janji Dorna ditepati dengan ditetapkannya Indonesia untuk menjadi tuan rumah MotoGP 2017 pada Sidang Umum Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM) yang berlangsung 21 November lalu, ‘mengalahkan’ Thailand, Kazakstan, Finlandia, dan Brasil.
Namun langkah untuk menuju 2017 bukannya mudah meski telah mengantongi restu dari FIM.
Jika membidik balapan pada Oktober atau November 2017, maka tinggal tersisa 22 bulan untuk menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari trek balapan, infrastruktur sirkuit, lahan parkir, transportasi umum menuju area sirkuit, trik mengurai kemacetan menuju Sentul, hingga mempersiapkan sistem logistik untuk mengangkut 260 ton barang bawaan seluruh tim yang terdiri atas motor dan perlengkapan lainnya.
Sebagai langkah awal, pengelola Sirkuit Sentul telah mulai merenovasi infrastruktur di sekitar trek, sementara lintasan balapnya akan dibongkar pada Mei tahun depan.
Hermann Tilke, perancang sirkuit asal Jerman pun direkrut untuk mendesain wajah baru sirkuit. Ia adalah sosok yang berada di belakang sirkuit Yas Marina di Abu Dhabi dan Shanghai International Circuit.
Sirkuit Sentul dibuka pada 1993, dibangun dari lahan seluas 80 hektar. Sirkuit ini memiliki kapasitas tempat duduk 120.000 penonton dengan panjang trek 3965 meter.
Untuk 2017 nanti, lintasan balap akan direnovasi menjadi 4312 meter. Direktur Utama Sirkuit Sentul, Tinton Soeprapto, menyatakan bahwa renovasi besar-besaran itu akan membuat Sentul menjadi sirkuit dengan Grade-A dan bisa digunakan untuk ajang Formula 1 ke depannya.
Selain menyiapkan wajah baru Sentul, satu faktor krusial lain yang kini sedang disiapkan adalah masalah payung hukum. Kerja sama antara pihak swasta dan negara membuat pembagian kerja harus dirinci dengan benar, terutama jika ada uang negara yang mengalir.
"Sirkuit milik swasta, tapi penyelenggaraannya membawa nama negara. Kemudian organisasi balap motor di dunia pun adalah organisasi yang independen," kata Suharso salah seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden kepada para awak media pada pertengahan November lalu.
Suharso pun menyebutkan situasi ini sedikit “tricky” sehingga perlu dicari siasatnya agar tidak melanggar peraturan hukum dan perundang-undangan lainnya.
Master plan serta Keputusan Presiden kini sedang disiapkan untuk pembagian kerja antara berbagai kementerian, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pariwisata.
Sebagai persiapan awal menuju 2017, Kemenpora telah menyiapkan dana Rp5 miliar. Namun untuk melakukan perombakan sirkuit dan infrastruktur lainnya Tinton memperkirakan dana yang dibutuhkan mencapai Rp180 miliar.
Jika semua berjalan sesuai rencana, dan dana terpenuhu, Tinton optimistis seluruh kegiatan renovasi sirkuit akan selesai selama satu tahun.
Gayung bersambut, Dorna Sports selaku pemilik hak komersil balapan motor kelas premiere ini juga mendorong Indonesia untuk menjadi tuan rumah MotoGP kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Sepang, Malaysia. Bahkan, CEO Dorna Carmelo Espeleta, sempat datang untuk meyakinkan para petinggi pemerintahan tentang hal ini –- pertama dengan Kementerian Pariwisata dan kemudian Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Sebagai salah satu negara dengan pasar pengguna motor terbesar di Asia, menjadi tuan rumah dinilai sebagai suatu kewajaran.
Janji Dorna ditepati dengan ditetapkannya Indonesia untuk menjadi tuan rumah MotoGP 2017 pada Sidang Umum Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM) yang berlangsung 21 November lalu, ‘mengalahkan’ Thailand, Kazakstan, Finlandia, dan Brasil.
Namun langkah untuk menuju 2017 bukannya mudah meski telah mengantongi restu dari FIM.
Jika membidik balapan pada Oktober atau November 2017, maka tinggal tersisa 22 bulan untuk menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari trek balapan, infrastruktur sirkuit, lahan parkir, transportasi umum menuju area sirkuit, trik mengurai kemacetan menuju Sentul, hingga mempersiapkan sistem logistik untuk mengangkut 260 ton barang bawaan seluruh tim yang terdiri atas motor dan perlengkapan lainnya.
Sebagai langkah awal, pengelola Sirkuit Sentul telah mulai merenovasi infrastruktur di sekitar trek, sementara lintasan balapnya akan dibongkar pada Mei tahun depan.
Hermann Tilke, perancang sirkuit asal Jerman pun direkrut untuk mendesain wajah baru sirkuit. Ia adalah sosok yang berada di belakang sirkuit Yas Marina di Abu Dhabi dan Shanghai International Circuit.
Sirkuit Sentul dibuka pada 1993, dibangun dari lahan seluas 80 hektar. Sirkuit ini memiliki kapasitas tempat duduk 120.000 penonton dengan panjang trek 3965 meter.
Untuk 2017 nanti, lintasan balap akan direnovasi menjadi 4312 meter. Direktur Utama Sirkuit Sentul, Tinton Soeprapto, menyatakan bahwa renovasi besar-besaran itu akan membuat Sentul menjadi sirkuit dengan Grade-A dan bisa digunakan untuk ajang Formula 1 ke depannya.
Selain menyiapkan wajah baru Sentul, satu faktor krusial lain yang kini sedang disiapkan adalah masalah payung hukum. Kerja sama antara pihak swasta dan negara membuat pembagian kerja harus dirinci dengan benar, terutama jika ada uang negara yang mengalir.
"Sirkuit milik swasta, tapi penyelenggaraannya membawa nama negara. Kemudian organisasi balap motor di dunia pun adalah organisasi yang independen," kata Suharso salah seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden kepada para awak media pada pertengahan November lalu.
Suharso pun menyebutkan situasi ini sedikit “tricky” sehingga perlu dicari siasatnya agar tidak melanggar peraturan hukum dan perundang-undangan lainnya.
Master plan serta Keputusan Presiden kini sedang disiapkan untuk pembagian kerja antara berbagai kementerian, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pariwisata.
Sebagai persiapan awal menuju 2017, Kemenpora telah menyiapkan dana Rp5 miliar. Namun untuk melakukan perombakan sirkuit dan infrastruktur lainnya Tinton memperkirakan dana yang dibutuhkan mencapai Rp180 miliar.
Jika semua berjalan sesuai rencana, dan dana terpenuhu, Tinton optimistis seluruh kegiatan renovasi sirkuit akan selesai selama satu tahun.
Post a Comment